Rasa-Diri (Sense of Self)

RASA-DIRI

Praktik Chan itu adalah untuk mengenali diri kita sendiri, dengan mampu mengenali diri, pada puncaknya Anda akan mampu membebaskan diri [dari samsara]. Namun mengenali diri itu tidaklah mudah, mampu mengendalikan diri adalah lebih sulit, dan membebaskan diri terlebih sulit lagi. Semua ini mau tak mau toh tetap musti ditempuh, karena segala kebodohan dan penderitaan itu timbulnya adalah dari karena kita tidak mengenal akan diri kita sendiri.

Kurangnya pengendalian diri mengakibatkan kita mengalami kekesalan batin, kita melekat kepada diri [yang keliru] sehingga kita terbelenggu olehnya. Tujuan dari praktik Chan adalah untuk membebaskan diri dari belenggu ini. Untuk melakukannya, kita memerlukan konsep Buddhadharma sebagai pemandu dan metode untuk dipraktikkan.

Dari pengertian dasar Chan: rasa-diri (keakuan) kita ini terbit dari interaksi antara tubuh, pikiran dan lingkungan luar. Berkait dengan metode-praktik, prinsip yang pertama adalah melepaskan rasa-diri yang terbit dari lingkungan sekitar, kemudian melepas rasa-diri yang terbit dari tubuh, dan terakhir, adalah melepaskan rasa-diri yang terbit dari aktifitas pikiran. Aktifitas pikiran itu melingkupi segala sensasi, rasa, gagasan, dan buah-buah pikir yang mana pada dasarnya semuanya ini adalah kemelekatan. Jadi, selangkah demi selangkah, Anda memisah, mengisolasi, dan menyusut rasa-diri ini. Sebelum Anda bisa melaksanakan semua ini, Anda takkan bisa benar-benar menggunakan metode huatou yang puncaknya adalah pecahtotalnya rasa-diri dan mencapai pencerahan.

Bagi pemula, akan lebih mudah untuk mengakses metode huatou dengan cara mengenali rasa-aku yang terbit dari sensasi tubuh. Misalnya, dengan menyadari sensasi berat badan tatkala tubuh sedang duduk bermeditasi; menyadari nafas masuk-keluar lewat lubang hidung, dst. Sensasi-sensasi ini adalah segala rasa nyaman maupun yang tidak nyaman yang bisa Anda kenali.

Menyadari akan segala sensasi ini adalah aspek dari rasa-aku. Berikutnya, SIAPA-kah yang mengalami semuanya ini? Ini yang saya maksudkan sebagai sebuah “rasa-aku”–kenali si “siapa” yang sedang menyadari, identifikasikanlah si “siapa” yang sedang mengalami.

Begitu rasa-aku ini bisa dikenali, tinggal di situ; jangan ijinkan lagi pikiran mengembara. Tinggallah pada merasakan dan menyadari; biarlah tubuh menjadi jangkar penjaga agar pikiran tidak melayang-layang.

Sekarang, gunakan dulu metode ini guna membuat jelas akan rasa-diri. Ketika pikiran Anda sudah terkonsentrasi dan kalem dan sensasi-diri sudah tidak terlalu tegas (strong) lagi, maka Anda bisa mulai memakai huatou. Dan sebaliknya, ketika aspek tubuh masih amat menonjol di batin Anda, maka praktiklah memperhatikan sensasi-sensasi itu dulu saat ini….

Dengan berlatih demikian ini, Anda akan mendapatkan konsentrasi dan kemantapan, Anda pun akan merasa nyaman. Teruslah tinggal pada menyadari rasa-diri tersebut. Jika Anda lakukan demikian ini terus menerus, maka setelah beberapa waktu Anda akan bisa mulai menggunakan metode huatou.

Jadi, rilekskanlah tubuh dan sadari rasa-dirimu dari saat ke saat. Anda melaksanakan hal ini dengan memperhatikan nafas. Mulai dengan membebaskan batin dari lingkungan sekitar, abaikan. Jika Anda malah terlibat dengan hal-hal yang dilihat dan didengar, Anda bakal dirundung pemikiran-pemikiran mengembara. Sekedar tinggallah pada rasa-mengalamimu sekarang di sini dari waktu ke waktu, detik demi detik. Dan apakah rasa-mengalami di sini sekarang itu? Ini tak lain adalah rasa-diri yang dilandaskan pada menyadari tubuh dan pikiran.

Chan Master Shengyen

No Response to “Rasa-Diri (Sense of Self)”

Leave a Reply